07 October 2007

THEORY OF CAESAREAN

Ditulis oleh Yasin Setiawan

A. Konsep Dasar

1. Defenisi

Seksio sesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat badan di atas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. (Saifudin, 2001 : 536)

Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. (Wiknjosostro, 1999 : 365)

2. Etiologi

Mengapa plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu dapat diterangkan, karena tidak nyata dengan jelas bahwa plasenta previa didapati untuk sebagian besar pada penderita dengan paritas fungsi, apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup atau diperlukan lebih banyak seperti pada kehamilan kembar. Plasenta yang letaknya normal sekalipun akan meluaskan permukaannya, sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir. (Wiknjosostro, 1999 : 367)

3. Klasifikasi

a. Plasenta Previa Totalis, apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta.

b. Plasenta Previa Parsialis, apabila sebahagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta.

c. Plasenta Previa Marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan.

d. Plasenta Letak Rendah, plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir. (Wiknjosostro, 1999 : 365)

4. Anatomi Fisiologi

Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal 2,5 cm, berat rata-rata 500 gram. Tali pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah (insersio sentralis). Bila hubungan agak pinggir (insersio lateralis). Dan bila di pinggir plasenta (insersio marginalis), kadang-kadang tali pusat berada di luar plasenta dan hubungan dengan plasenta melalui janin, jika demikian disebut (insersio velmentosa).

Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang 10 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri. Meskipun ruang amnion membesar sehingga amnion tertekan ke arah korion, amnion hanya menempel saja.

Pada umumnya di depan atau di belakang dinding uterus agak ke atas ke arah fundus uteri, plasenta sebenarnya berasal dari sebagian dari janin, di tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena untuk menampung darah yang berasal ruang interviller di atas (marginalis).

Fungsi plasenta ialah mengusahakan janin tumbuh dengan baik untuk pertumbuhan adanya zat penyalur, asam amino, vitamin dan mineral dari ibu kejanin dan pembuangan CO2.

Fungsi Plasenta :

a. Sebagai alat yang memberi makanan pada janin.

b. Sebagai alat yang mengeluarkan bekas metabolisme.

c. Sebagai alat yang memberi zat asam dan mengeluarkan CO2.

d. Sebagai alat pembentuk hormone.

e. Sebagai alat penyalur perbagai antibody ke janin.

f. Mungkin hal-hal yang belum ketahui.(Wiknjosostro, 1999 : 66)

5. Patafisiologi

Pendarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 10 minggu saat segmen bawah uterus membentuk dari mulai melebar serta menipis, umumnya terjadi pada trismester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Pendarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal. (Mansjoer, 1999 : 276)

6. Komplikasi

a. Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena perdarahan plasentitis, dan endometritis pasca persalinan.

b. Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi seperti Asfiksi berat. ( Mansjoer, 1999 : 277)

Komplikasi bersifat relevan:

a. Infeksi yang di dapat dirumah sakit, terutama setelah dilakukan seksio sesarea pada persalinan.

b. Fenomena tromboemboli, terutama pada multipara dengan varikositas.

c. Ileus, terutama karena peritonitis dan kurang sering karena dasar obstruksi

d. Kecelakaan anestesi (Martius,2000:105).

7. Gambaran Kinik

Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa, perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu banyak dari pada sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Sejak kehamilan 20 minggu segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat dari dinding uterus. Pada saat ini dimulai terjadi perdarahan darah berwarna merah segar.

Sumber perdarahan ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan, tidak sebagai serabut otot uterus untuk menghentikan perdarahan kala III dengan plasenta yang letaknya normal makin rendah letak plasenta makin dini perdarahan terjadi, oleh karena itu perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah, yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai. ( Wiknjosostro, 1999 : 368 )

8. Diagnosis

a. Anamnesis

Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung tanpa nyeri terutama pada multigravida, banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari pada pemeriksaan hematokrit.

b. Pemeriksaan Luar

Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas panggul mengelak ke samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul.

c. Pemeriksaan In Spekulo

Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari osteum uteri eksternum atau dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai.

d. Penentuan Letak Plasenta Tidak Langsung

Penentuan letak plasenta secara tidak langsung dapat dilakukan radiografi, radioisotope, dan ultrasonagrafi. Ultrasonagrafi penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya dan tidak menimbulkan rasa nyeri. (Wiknjosostro, 1999 : 369)

e. Pemeriksaan Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium bila jarak tepi 5 cm disebut plasenta letak rendah.

f. Diagnosis Plasenta Previa Secara Defenitif

Dilakukan dengan PDMO yaitu melakukan perabaan secara langsung melalui pembukaan serviks pada perdarahan yang sangat banyak dan pada ibu dengan anemia berat, tidak dianjurkan melakukan PDMO sebagai upaya menentukan diagnosis. (Saifudin, 2001 : 163)

9. Penatalaksanaan

a. Terapi Ekspektif

1) Tujuan supaya janin tidak terlahir premature, penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis.

2) Syarat-syarat terapi ekspektif :

- Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.

- Belum ada tanda-tanda in partu.

- Keadaan umum ibu cukup baik.

- Janin masih hidup.

3) Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis.

4) Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta.

5) Berikan tokolitik bila ada kontraksi :

- MgS04 9 IV dosis awal tunggal dilanjutkan 4 gram setiap 6 jam.

- Nifedipin 3 x 20 mg perhari.

- Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin.

6) Uji pematangan paru janin dengan tes kocok dari hasil amniosentesis.

7) Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada disekitar ostium uteri interim.

8) Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat dipulang untuk rawat jalan.

b. Terapi Aktif ( tindakan segera ).

1) Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervagina yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang moturitus janin.

2) Lakukan PDMO jika :

a) Infus 1 transfusi telah terpasang.

b) Kehamilan > 37 minggu ( berat badan > 2500 gram ) dan inpartu.

c) Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor, seperti anesefali.

d) Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu atas panggul ( 2/5 atau 3/5 pada palpasi luar ).

3) Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa seksio sesarea .

a) Prinsip utama adalah menyelamatkan ibu, walaupun janin meninggal atau tidak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.

b) Tujuan seksio sesarea : persalinan dengan segera sehingga uterus segera berkontraksi dan menghentikan pendarahan, menghindarkan kemungkinan terjadi robekan pada serviks, jika janin dilahirkan pervagina.

c) Siapkan darah pengganti untuk stabiliasi dan pemulihan kondisi ibu. (Saifuddin, 2001 : 536 )

4) Perawatan Post Operasi Seksio Sesarea.

1. Analgesia

Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg Meperidin (intra muskuler) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikan dengan cara serupa 10 mg morfin.

a) Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang diberikan adalah 50 mg.

b) Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100 mg Meperidin.

c) Obat-obatan antiemetik, misalnya protasin 25 mg biasanya diberikan bersama-sama dengan pemberian preparat narkotik.

2. Tanda-tanda Vital

Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan darah, nadi jumlah urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan fundus harus diperiksa.

3. Terapi cairan dan Diet

Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya, meskipun demikian, jika output urine jauh di bawah 30 ml / jam, pasien harus segera di evaluasi kembali paling lambat pada hari kedua.

4. Vesika Urinarius dan Usus

Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam, post operasi atau pada keesokan paginya setelah operasi. Biasanya bising usus belum terdengar pada hari pertama setelah pembedahan, pada hari kedua bising usus masih lemah, dan usus baru aktif kembali pada hari ketiga..

5. Ambulasi

Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan perawatan dapat bangun dari tempat tidur sebentar, sekurang-kurang 2 kali pada hari kedua pasien dapat berjalan dengan pertolongan.

6. Perawatan Luka

Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang alternatif ringan tanpa banyak plester sangat menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat diangkat setelah hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat hari ke tiga post partum, pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.

7. Laboratorium

Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi hematokrit tersebut harus segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang tidak biasa atau keadaan lain yang menunjukkan hipovolemia.

8. Perawatan Payudara

Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.

9. Memulangkan Pasien Dari Rumah Sakit

Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada hari ke empat dan ke lima post operasi, aktivitas ibu seminggunya harus dibatasi hanya untuk perawatan bayinya dengan bantuan orang lain.(Cunningham, 1995 : 529)

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat, status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.

b. Data Riwayat Kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang.

Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu

Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang, Maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama (Plasenta previa).

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada juga mempunyai riwayat persalinan plasenta previa.

c. Data Sosial Ekonomi

Penyakit ini dapat terjadi pada siapa saja, akan tetapi kemungkinan dapat lebih sering terjadi pada penderita malnutrisi dengan sosial ekonomi rendah.

d. Data Psikologis

1) Pasien biasanya dalam keadaan labil.

2) Pasien biasanya cemas akan keadaan seksualitasnya.

3) Harga diri pasien terganggu

e. Data Pemeriksaan Penunjang

1) USG, untuk menetukan letak impiantasi plasenta.

2) Pemeriksaan hemoglobin

3) Pemeriksaan Hema tokrit.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Transisi Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan atau adanya peningkatan anggota keluarga. (Doengoes,2001:415).

b. Gangguan nyaman : nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan (Doengoes,2001:417).

c. Ansietas berhubungan dengan situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi / kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi (Doengoes,2001:417).

d. Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa kehidupan (Doengoes,2001:422).

e. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan fungsi biokimia atau regulasi (Doengoes,2001;422)

f. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit rusak (Doengoes,2001:427)

g. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot (Doengoes,2001:430).

h. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang pemajanan stsu mengingati kesalahan interpretasi , tidak mengenal sumber-sumber (Doengoes,2001:431)

i. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan trauma atau diversi mekanisme efek-efek hormonal/anastesi (Doengoes,2001:437)

j. Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidatnyamana fisik (Doengoes,2001:436)

3. Rencana Tindakan

a. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan transisi / peningkatan anggota keluarga.

Tujuan : dapat menerima perubahan dalam keluarga dengan anggotanya baru.

Kriteria hasil :

a) Menggendong bayi, bila kondisi memungkinkan

b) Mendemontrasikan prilaku kedekatan dan ikatan yang tepat

c) Mulai secara aktif mengikuti perawatan bayi baru lahir dengan cepat.

Intervensi :

1) Anjurkan pasien untuk menggendong, menyetuh dan memeriksa bayi, tergantung pada kondisi pasien dan bayi, bantu sesuai kebutuhan.

Rasional : Jam pertama setelah kelahiran memberikan kesempatan unik untuk ikatan keluarga terjadi karena ibu dan bayi secara emosional dan menerima isyarat satu sama lain, yang memulai kedekatan dan proses pengenalan.

2) Berikan kesempatan untuk ayah / pasangan untuk menyentuh dan menggendong bayi dan Bantu dalam perawatan bayi sesuai kemungkinan situasi.

Rasional : membantu memudahkan ikatan / kedekatan diantara ayah dan bayi. Memberikan kesempatan untuk ibu memvalidasi realitas situasi dan bayi baru lahir.

3) Observasi dan catat interaksi keluarga bayi, perhatikan perilaku yang dianggap menggandakan dan kedekatan dalam budaya tertentu.

Rasional : pada kontak pertama dengan bayi, ibu menunjukkan pola progresif dari perilaku dengan cara menggunakan ujung jari.

4) Diskusikan kebutuhan kemajuan dan sifat interaksi yang lazim dari ikatan. Perhatikan kenormalan dari variasi respon dari satu waktu ke waktu.

Rasional : membantu pasien dan pasangan memahami makna pentingnya proses dan memberikan keyakinan bahwa perbedaan diperkirakan.

5) Sambut keluarga dan sibling untuk kunjungan sifat segera bila kondisi ibu atau bayi memungkinkan.

Rasional : meningkatkan kesatuan keluarga dan membantu sibling memulai proses adaptasi positif terhadap peran baru dan memasukkan anggota baru kedalam struktur keluarga.

6) Berikan informasi, sesuai kebutuhan, keamanan dan kondisi bayi. Dukungan pasangan sesuai kebutuhan.

Rasional : membantu pasangan untuk memproses dan mengevaluasi informasi yang diperlukan, khususnya bila periode pengenalan awal telah terlambat.

7) Jawab pertanyaan pasien mengenai protokol, perawatan selama periode pasca kelahiran.

Rasional : informasi menghilangkan ansietas yang dapat menggangu ikatan atau mengakibatkan absorpsi dari pada perhatian terhadap bayi baru lahir.

b. Ketidaknyamanan : nyeri, akut berhubungan dengan trauma pembedahan.

Tujuan : ketidaknyamanan ; nyeri berkurang atau hilang.

Kriteria hasil :

a) Mengungkapkan kekurangan rasa nyeri.

b) Tampak rileks mampu tidur.

Intervensi :

1) Tentukan lokasi dan karakteristik ketidaknyamanan perhatikan isyarat verbal dan non verbal seperti meringis.

Rasional : pasien mungkin tidak secara verbal melaporkan nyeri dan ketidaknyamanan secara langsung. Membedakan karakteristik khusus dari nyeri membantu membedakan nyeri paska operasi dari terjadinya komplikasi.

2) Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi yang tepat.

Rasional : meningkatkan pemecahan masalah, membantu mengurangi nyeri berkenaan dengan ansietas.

3) Evaluasi tekanan darah dan nadi ; perhatikan perubahan prilaku.

Rasional : pada banyak pasien, nyeri dapat menyebabkan gelisah, serta tekanan darah dan nadi meningkat. Analgesia dapat menurunkan tekanan darah.

4) Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya atau karakteristik nyeri.

Rasional : selama 12 jam pertama paska partum, kontraksi uterus kuat dan teratur dan ini berlanjut 2 – 3 hari berikutnya, meskipun frekuensi dan intensitasnya dikurangi faktor-faktor yang memperberat nyeri penyerta meliputi multipara, overdistersi uterus.

5) Ubah posisi pasien, kurangi rangsangan berbahaya dan berikan gosokan punggung dan gunakan teknik pernafasan dan relaksasi dan distraksi.

Rasional : merilekskan otot dan mengalihkan perhatian dari sensasi nyeri. Meningkatkan kenyamanan dan menurunkan distraksi tidak menyenangkan, meningkatkan rasa sejahtera.

6) Lakukan nafas dalam dengan menggunakan prosedur- prosedur pembebasan dengan tepat 30 menit setelah pemberian analgesik.

Rasional : nafas dalam meningkatkan upaya pernapasan. Pembebasan menurunkan regangan dan tegangan area insisi dan mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan berkenaan dengan gerakan otot abdomen.

7) Anjurkan ambulasi dini. Anjurkan menghindari makanan atau cairan berbentuk gas; misal : kacang-kacangan, kol, minuman karbonat.

Rasional : menurunkan pembentukan gas dan meningkatkan peristaltik untuk menghilangkan ketidaknyamanan karena akumulasi gas.

8) Anjurkan penggunaan posisi rekumben lateral kiri

Rasional : memungkinkan gas meningkatkan dari kolon desenden ke sigmoid, memudahkan pengeluaran.

9) Inspeksi hemoroid pada perineum. Anjurkan penggunaan es secara 20 menit setiap 24 jam, penggunaan bantal untuk peninggian pelvis sesuai kebutuhan.

Rasional : membantu regresi hemoroid dan varises vulva dengan meningkatkan vasokontriksi, menurunkan ketidak nyamanan dan gatal, dan meningkatkan fungsi usus normal.

10) Palpasi kandung kemih, perhatikan adanya rasa penuh. Memudahkan berkemih periodik setelah pengangkatan kateter indwelling.

Rasional : kembali fungsi kandung kemih normal memerlukan 4-7 hari dan overdistensi kandung kemih menciptakan perasaan dan ketidaknyamanan.

c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi / kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi.

Tujuan : ansietas dapat berkurang atau hilang.

Kriteria hasil :

a) Mengungkapkan perasaan ansietas

b) Melaporkan bahwa ansietas sudah menurun

c) Kelihatan rileks, dapat tidur / istirahat dengan benar.

Intervensi :

1) Dorong keberadaan atau partisipasi pasangan

Rasional : memberikan dukungan emosional; dapat mendorong mengungkapkan masalah.

2) Tentukan tingkat ansietas pasien dan sumber dari masalah. Mendorong pasien atau pasangan untuk mengungkapkan keluhan atau harapan yang tidak terpenuhi dalam proses ikatan/menjadi orangtua.

3) Bantu pasien atau pasangan dalam mengidentifikasi mekanisme koping baru yang lazim dan perkembangan strategi koping baru jika dibutuhkan.

Rasional : membantu memfasilitasi adaptasi yang positif terhadap peran baru, mengurangi perasaan ansietas.

4) Memberikan informasi yang akurat tentang keadaan pasien dan bayi.

Rasional : khayalan yang disebabkan informasi atau kesalahpahaman dapat meningkatkan tingkat ansietas.

5) Mulai kontak antara pasien/pasangan dengan baik sesegera mungkin.

Rasional : mengurangi ansietas yang mungkin berhubungan dengan penanganan bayi, takut terhadap sesuatu yang tidak diketahui, atau menganggap hal yang buruk berkenaan dengan keadaan bayi.

d. Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa kehidupan.

Tujuan : tidak lagi mengungkapkan perasaan negatif diri dan situasi

Kriteria hasil :

a) Mengungkapkan pemahaman mengenai faktor individu yang mencetuskan situasi saat ini.

b) Mengekspresikan diri yang positif.

Intervensi :

1) Tentukan respon emosional pasien / pasangan terhadap kelahiran sesarea.

Rasional : kedua anggota pasangan mungkin mengalami reaksi emosi negatif terhadap kelahiran sesarea meskipun bayi sehat, orangtua sering berduka dan merasa kehilangan karena tidak mengalami kelahiran pervagina sesuai yang diperkirakan.

2) Tinjau ulang partisipasi pasien/pasangan dan peran dalam pengalaman kelahiran. Identifikasi perilaku positif selama proses prenatal dan antepartal.

Rasional : respon berduka dapat berkurang bila ibu dan ayah mampu saling membagi akan pengalaman kelahiran, sebagai dapat membantu menghindari rasa bersalah.

3) Tekankan kemiripan antara kelahiran sesarea dan vagina. Sampaikan sifat positif terhadap kelahiran sesarea. Dan atur perawatan pasca patum sedekat mungkin pada perawatan yang diberikan pada pasien setelah kelahiran vagina.

Rasional: pasien dapat merubah persepsinya tentang pengalaman kelahiran sesarea sebagaiman persepsinya tentang kesehatannya / penyakitnya berdasarkan pada sikap professional.

e. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit rusak.

Tujuan : infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil :

a) Luka bebas dari drainase purulen dengan tanda awal penyembuhan.

b) Bebas dari infeksi, tidak demam, urin jernih kuning pucat.

Intervensi :

1) Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat dan pembuangan pengalas kotoran, pembalut perineal dan linen terkontaminasi dengan tepat.

Rasional : membantu mencegah atau membatasi penyebaran infeksi.

2) Tinjau ulang hemogolobin / hematokrit pranantal ; perhatikan adanya kondisi yang mempredisposisikan pasien pada infeksi pasca operasi.

Rasional : anemia, diabetes dan persalinan yang lama sebelum kelahiran sesarea meningkatkan resiko infeksi dan memperlambat penyembahan.

3) Kaji status nutrisi pasien. Perhatikan penampilan rambut, kuku jari, kulit dan sebagainya Perhatikan berat badan sebelum hamil dan penambahan berat badan prenatal.

Rasional : pasien yang berat badan 20% dibawah berat badan normal atau yang anemia atau yang malnutrisi, lebih rentan terhadap infeksi pascapartum dan dapat memerlukan diet khusus.

4) Dorong masukkan cairan oral dan diet tinggi protein, vitamin C dan besi.

Rasional : mencegah dehidrasi ; memaksimalkan volume, sirkulasi dan aliran urin, protein dan vitamin C diperlukan untuk pembentukan kolagen, besi diperlukan untuk sintesi hemoglobin.

5) Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat atau rembesan. Lepasnya balutan sesuai indikasi.

Rasional : balutan steril menutupi luka pada 24 jam pertama kelahiran sesarea membantu melindungi luka dari cedera atau kontaminasi. Rembesan dapat menandakan hematoma.

6) Inspeksi insisi terhadap proses penyembuhan, perhatikan kemerahan udem, nyeri, eksudat atau gangguan penyatuan.

Rasional : tanda-tanda ini menandakan infeksi luka biasanya disebabkan oleh steptococus.

7) Bantu sesuai kebutuhan pada pengangkatan jahitan kulit, atau klips.

Rasional : insisi biasanya sudah cukup membaik untuk dilakukan pengangkatan jahitan pada hari ke 4 / 5.

8) Dorong pasien untuk mandi shower dengan menggunakan air hangat setiap hari.

Rasional : Mandi shower biasanya diizinkan setelah hari kedua setelah kelahiran sesarea, meningkatkan hiegenis dan dapat merangsang sirkulasi atau penyembuhan luka.

9) Kaji suhu, nadi dan jumlah sel darah putih.

Rasional : Demam paska operasi hari ketiga, leucositosis dan tachicardia menunjukkan infeksi. Peningkatan suhu sampai 38,3 C dalam 24 jam pertama sangat mengindentifikasikan infeksi.

10) Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus ; perhatikan perubahan involusi atau adanya nyeri tekan uterus yang ekstrem.

Rasional : Setelah kelahiran sesarea fundus tetap pada ketinggian umbilikus selama sampai 5 hari, bila involusi mulai disertai dengan peningkatan aliran lokhea, perlambatan involusi meningkatkan resiko endometritis. Perkembangan nyeri tekan ekstrem menandakan kemungkinan jaringan plasenta tertahan atau infeksi.

4. Implementasi

Setelah rencana tindakan perawatan tersusun, selanjutnya rencana tindakan tersebut dilaksanakan sesuai dengan situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam pelaksanaan tindakan, perawat dapat langsung melaksanakan kepada orang lain yang dipercaya di bawah pengawasan orang yang masih seprofesi dengan perawat.

(Nursalam, 2001 : 63)

5. Evaluasi

Evaluasi dari proses keperawatan adalah nilai hasil yang diharapkan dimasukkan kedalam SOAP terhadap perubahan perilaku pasien. Untuk mengetahui sejauh mana masalah pasien dapat diatasi, disamping itu perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai (Nursalam, 2001 : 71).

22 September 2007

Fundal Height Measurement


Masih di edit, sabar ya.....

16 September 2007

Journal Reading : Teenage Childbearing

PERSALINAN PADA REMAJA DAN KONSEKUENSI SOSIAL EKONOMI

JANGKA PANJANG : Sudi kasus di Swedia


Petra Otterblad O, Bengt Haglund, Gunilla R.W, Sven C

Family Planning Perspectives.New York: Mar/Apr 2001.Vol.33,Iss.2;pg.70, 5 pgs




By. Laily Arifin

Abstrak

Analisa longitudinal dari data negara swedia menggambarkan bahwa persalinan pada masa remaja beresiko terhadap ketidakmampuan sosial ekonomi pada kehidupan selanjutnya-bahkan untuk remaja dari latar belakang yang baik dan yang berasal dari remaja diluar penelitian.

Materi dan metode

Analisis penelitian termasuk melakukan follow up pada semua wanita yang lahir di Swedia pada tahun 1941 sampai dengan 1970 yang teregistrasi dalam sensus popolasi penduduk Swedia pada tahun 1985. Peneliti memfokuskan pada 888.044 wanita yang teregistrasi dalam sensus tersebut yang melahirkan anak pertama antara tahun 1954 samapai dengan 1989, ketika mereka berusia kurang dari 30 tahun (pada umur 11-29 tahun)

Variabel independent yang berbentuk data kategorik yang dianalisis: usia wanita saat persalinan pertama, kohor persalinannya, tahun persalinannya, dan latar belakang sosial ekonomi keluarganya. Peneliti menstratifikasi usia ibu dalam beberapa kelompok ; 15 tahun atau kurang, 16-17, 18-19, 20-24, dan 25-29 tahun. Peneliti menyusun kedalam tiga persalinan kohort yaitu yang lahir pada tahun 1941-1950, 1951-1960, dan 1961-1970. Tahun pertama kali seorang wanita melahirkan dikelompokkan dalam beberapa periode : 1954-1963, 1964-1973, 1974-1983, dan 1984-1989. Peneliti mengkatagorikan latar belakang sosial ekonomi keluarga kedalam ; pekerja kasar, pekerja kantoran, wiraswasta (termasuk bertani) dan tidak bekerja.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui situasi sosial ekonomi seorang wanita dan keadaan kehidupannya pada tahun 1980, 1985 atau 1990, tergantung pada persalinan kohornya, tingkat pendidikan pada tahun 1990, paritasnya pada tahun 1993, dan ketergantungan kesejahteraannya pada tahun 1994.

Hasil penelitian:

Bivariat analisis : diantara semua wanita yang lahir pada tahun 1941-1970 yang kurang dari 30 tahun ketika mereka pertama kali melahirkan hampir 16% mereka masih remaja; (12% pada umur 18-19 tahun, 3% pada umur 16-17 tahun sdan 0,1% pada umur 11-15 tahun). Dibandingkan dengan ibu yang lebih tua, proporsi lebih tinggi pada ibu remaja yang berasal dari latar belakang keluarga pekerja kasar atau dari keluarga dengan aorang tua yang tidak bekerja. Diantara wanita yang melahirkan saat remaja, tidak ada perbedaan latar belakang keluarga diantara mereka yang melahirkan pertama pada umur 18-19 tahun dan mereka yang lebih muda dari itu.

Ketika mereka dewasa, wanita yang melahirkan pertama saat remaja cenderung lebih banyak dibanding mereka yang menunda persalinan untuk menjadi pekerja kasar tanpa ketrampilan, tidak bekerja, dan mempunyi tingkat pendidikan rendah, yang terdiri dari umur ketergantungan diantara usia maternal saat persalinan pertama dan dua variabel yaitu hidup sebagai single parent dan paritas tinggi ( mempunyai empat anak atau lebih).

Analisa Multivariat

Analisa ini digunakan untuk menguji hubungan antara umur saat pertama melahirkan dan status sosial ekonomi pada kehidupan selanjutnya, setelah menentukan latar belakang keluarga dan kohor kelahiran maternal, dengan odds ratio terlihat peningkatan secara konsisten seiring dengan penurunan usia maternal. Sebagai contoh : wanita remaja usia 11-15 tahun pada persalinan pertamanya meningkat seiring dengan peningkatan ibu yang tidak bekerja pada kehidupan selanjutnya dibandingkan dengan usia maternal 20-24 tahun. Ibu remaja juga meningkat secara signifikan (OR : 1.4-1.5) yang menjadi pekerja kasar tanpa ketrampilan dibandingkan dengan wanita yang berusia 20-24 tahun saat persalinan pertamanya. Wanita swedia yang melahirkan saat remaja juga meningkat seiring dengan tingkat pendidikan yang rendah bila dibandingkan dengan usia maternal 20-24 tahun (OR : 1.7-1.9).

Ibu remaja swedia juga banyak yang hidup sendiri pada kehidupan selanjutnya bila dibandingkan dengan ibu yang melahirkan pada usia 20-24 tahun (OR 2.3 untuk persalinan pertama pada usia 11-15 tahun, OR 1.8 pada usia 16-17 tahun dan OR 1.5 pada usia 18-19 tahun). Odds dengan jumlah anak lima atau lebih cenderung meningkat diantara ibu remaja dibanding pada usia ibu yang lebih tua: dimana persalinan pada umur 11-15 th OR 6.0, pada usia 16-17 OR 4.0 yang cenderung mempunyai anak paling sedikit 5 orang. OR pda ibu remaja meningkat pada ketidakmampuan ibu (OR 1.6-1.9 atau sejahtera, OR 1.9-2.6 pada kehidupan selanjutnya, dibandingkan dengan wanita yang melahirkan diusia 20-24 tahun.

Ternyata ditemukan bahwa hanya pada wanita yang berpendidikan lebih baiklah yang dapat menurunkan angka persalinan pada ibu yang sangat muda pada paritas tinggi dimana OR 6.0-3.8.

Penelitian ini dilakukan terhadap populasi yang meliputi wanita yang lahir pada 3 dekade ( yaitu tahun 1940an, 1950an dan tahun 1960an) yang mempunyai anak pertama antara tahun 1954 dan 1989.

Kenaikan jumlah single parent diantara ibu remaja memperburuk keadaan sosial ekonomi mereka.

Ibu remaja beresiko mempunyai sosial ekonomi yang rendah pada saat dewasanya diantara wanita swedia yang lahir pada tahun 1940 sampai dengan tahun 1960. Ketergantungan tersebut beresiko lebih tinggi terhadap ketidakmampuan sosial ekonomi pada kehidupan selanjutnya terlihat pada ibu remaja yang berasal dari keluarga berlatar belakang ekonomi yang kurang mampu dan yang tidak menyelesaikan pendidikan dasarnya.

Kesimpulan

Analisis longitudinal dari data yang berhubungan dari Swedia menggambarkan bahwa melahirkan pada masa remaja beresiko terhadap ketidakmampuan sosial ekonomi pada kehidupan selanjutnya.

Pertumbuhan status sosial ekonomi keluarga yang rendah, hidup sebagai orang tua tunggal dan tingkat pendidikan yang rendah terlihat berhubungan sangat erat dengan kehamilan dan persalinan remaja. Penelitian memaparkan bahwa anak perempuan dan saudara perempuan dari ibu remaja kemungkinan menjadi ibu remaja juga Penelitian juga maparkan bahwa ketidakmampuan sosial ekonomi pada usia dewasa diantara wanita yang melahirkan pada saat remaja, terlihat dari rendahnya tingkat penididikan, miskin secara ekonomi, ketidakstabilan perkawinan dan kesulitan untuk mencapai bentuk keluarga yang diinginkan.

IMPLIKASI KEPERAWATAN

Kehamilan pada usia remaja merupakan penyebab utama remaja putri berhenti sekolah lebih awal. Berhenti sekolah berhubungan dengan pengangguran dan kemiskinan.

Ibu remaja cenderung memiliki lebih banyak anak dari pada yang mereka inginkan dan usia anak-anak mereka cenderung berdekatan. Penelantaran anak, penganiayaan anak, serta perpisahan dan perceraian terjadi dua sampai empat kali lebih sering terjadi diantara wanita yang menikah pada usia remaja dari pada wanita yang menikah saat berusia 20 tahun-an. Selain stres akibat transisi ke kehidupan pernikahan, ketidakstabilan keluarga juga terkait dengan tingkat pendidikan dan pekerjaan yang rendah serta sistem pendukung yang kurang.

1. Pengkajian

- kaji status kesehatan remaja (putri)

- kaji status kesehatan calon ayah

- kaji riwayat kehamilan (misal; penganiayaan seks, incest dst)

- kaji riwayat imunisasi

- kaji riwayat penyakit penyerta misal TB

- kaji riwayat menstruasi, perdarahan

- kaji status nutrisi remaja putri : BB, TB, kebiasaan makan, penyalahgunaan zat.

- kaji status psikososial : respon remaja terhadap kehamilan dan persalinan, tingkat perkembangan kognitif remaja, kemampuan menyelesaikan masalah, gambaran tubuh, ketergantungan dan hubungan dengan teman sebaya serta pasangan.

- kaji sistem pendukung : orang tua, teman pria/pacar atau suami.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul antara lain :

- Defisit pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi ibu hamil dan janin selama kehamilan dan setelah melahirkan

- Defisit pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan bayi

- Ketidakadekuatan pemeliharaan kesehatan yang berhubungan dengan defisit sosial ekonomi.

3. Tindakan Keperawatan

- Berikan pendidikan pada ibu muda (remaja) tentang kebutuhan nutrisi selama hamil dan setelah melahirkan

- Ajarkan pada remaja untuk merencanakan, memilih dan menyiapkan makanan secara optimal untuk dirinya dan keluarganya

- Berikan contoh menu yang cocok untuk remaja yang hamil dan melahirkan

- Ukur tinggi badan dan kenaikan berat badan remaja secara berkala

- Ukur tanda-tanda vital remaja

- Berikan pengetahuan pada ibu muda tentang pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sedang dikandung dan setelah dilahirkan

- Ajarkan pada remaja cara melakukan tindakan keperawatan mandiri di rumah

- Diskusikan dengan remaja tentang cara perawatan bayi dan masalah menjadi orang tua.

- Ikutsertakan keluarga (orang tua, teman pria/suami dan anggota keluarga lain) dalam tindakan perawatan dan pendidikan antenatal

- Bentuk peer group agar saling memberikan support

- Tawarkan pada remaja tentang metode kontrasepsi yang dapat dipilih oleh remaja

4. Hasil akhir yang Diharapkan

- Remaja lebih aktif dalam perawatan antenatalnya

- Remaja menjalani kehamilannya dengan aman secara fisik dan memuaskan secara emosional serta meningkatkan kesehatan yang optimal bagi anaknya.

- Remaja akan menggunakan sistem pendukung dengan efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Otterblad Olausson P, Hanglund B, Ringback Weitoft G, Cnattingius S.(2001). Teenage childbearing and long-term sosioeconomic consequences: A case studdy in Sweden. http://proquest.umi.com/pqdweb. diambil pada tanggal 13 Maret 2007

Bobak, Lowdermilk, Jensen.(1995).Maternity Nursing. 4th Ed. Mosby-Year Book, Inc

APLICATION OF HEALTH PROMOTION MODEL (NOLA J.PENDER)

APLIKASI MODEL HEALTH PROMOTION

NOLA J. PENDER PADA KASUS IBU PRIMIPARA TRIMESTER III

Lutfatul Latifah





A. Gambaran Kasus

Ny. M (25 th), G1 P0 A0, umur kehamilan 38-39 minggu. Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 90x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu 37°C. Keadaan umum baik, penampilan rapi, gaya berjalan lordosis, mudah kelelahan dan kadang-kadang timbul his. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada gangguan penglihatan. Nafsu makan baik, 3x sehari diselingi bubur dan susu, BB bertambah 11 kg dari sebelum hamil. BAB 1x sehari, BAK lebih sering terutama malam hari. Tidur 8 jam/hari, lelap dan bangun tampak segar. Riwayat menarche usia 13 th, siklus haid 30 hari selama 5-6 hari.

Pada pemeriksaan abdomen didapatkan data: TFU 3 jari dibawah prosesus xipoideus, bayi tunggal, pada fundus teraba bokong, presentasi kepala, kepala janin sudah masuk pintu atas panggul, punggung janin berada disebelah kanan ibu, DJJ 147x/menit.

Ny. M tinggal di rumah kontrakan bersama dengan suami yaitu Tn. W (27th) dan ibu Tn. W yaitu Ny. T (55th) yang sementara tinggal di rumah Tn. W untuk menemani Ny. W selama proses persalinan dan merawat bayinya. Keluarga Tn. W merupakan pasangan baru menikah dan dalam tahap mempersiapkan kelahiran anak pertama. Pernikahan mereka disetujui oleh kedua belah pihak keluarga dan janin yang dikandung merupakan anak yang sangat diharapkan. Dalam keluarga tidak ada penyakit keturunan. Pembuat keputusan tehadap permasalahan dalam keluarga diambil oleh Tn W, tetapi terdapat diskusi dalam keluarga tersebut.

Norma budaya menganut budaya jawa tetapi tidak diterapkan dalam semua sisi kehidupan. Keluarga saling menyayangi dan komunikasi berjalan dengan baik. Jika ada keluarga yang sakit dibawa berobat ke Puskesmas. Selama kehamilan Ny. W memeriksakan kehamilan di bidan praktek. Stessor yang dialami saat ini adalah menghadapi persalinan, tidak mengetahui tanda-tanda persalinan dan bagaimana melahirkan nanti. Ny. W sering bertanya tentang kehamilannya kepada ibu mertuanya. Ny. W ingin mengetahui kondisi janinnya dan ingin mengetahui cara menghadapi proses persalinan nanti.

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Berdasarkan Model Promosi Kesehatan, perawat harus melakukan pengkajian komprehensif agar dapat mengembangkan rencana asuhan keperawatan. Pengkajian yang dilakukan oleh perawat adalah :

a. Pengkajian karakteristik dan pengalaman individual yang meliputi pengkajian perilaku sebelumnya dan pengkajian faktor personal.

Pengkajian perilaku sebelumnya meliputi pengalaman kehamilan sebelumnya. Hasil pengkajian ini menunjukkan ibu hamil pertama dengan usia kehamilan 38-39 minggu, belum ada pengalaman persalinan sebelumnya. Ibu tidak mengetahui tentang tanda-tanda persalinan. Ibu melakukan perawatan antenatal dengan memeriksakan kehamilannya di bidan praktek.

Pengkajian faktor personal meliputi faktor biologis (usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, status pubertas, kapasitas aerobik, kekuatan, kecerdasan, keseimbangan), faktor psikologis (harga diri, motivasi diri, kompetensi personal, status kesehatan sebelumnya, definisi tentang kesehatan) dan faktor sosial budaya (ras, etnik, penyesuaian diri, status sosial ekonomi). Hasil pengkajian ini menunjukkan bahwa usia ibu 25 tahun, Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 90x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu 37°C. Keadaan umum baik, penampilan rapi, gaya berjalan lordosis, mudah kelelahan dan kadang-kadang timbul his (braxton hicks). Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada gangguan penglihatan. Nafsu makan baik, 3x sehari diselingi bubur dan susu, BB bertambah 11 kg dari sebelum hamil. BAB 1x sehari, BAK lebih sering terutama malam hari, ibu sulit untuk memulai tidur. Riwayat menarche usia 13 th, siklus haid 30 hari selama 5-6 hari.

Ibu berasal dari betawi tetapi suami berasal dari jawa. Norma budaya menganut budaya jawa tetapi tidak diterapkan dalam semua sisi kehidupan. Keluarga saling menyayangi dan komunikasi berjalan dengan baik. Suami Ny. M bekerja sebagai pegawai toko keramik dengan penghasilan rata-rata 1 juta perbulan. Keluarga dapat menyisihkan penghasilan untukpersiapan persalinan.

b. Pengkajian perilaku spesifik, pengetahuan dan sikap individu yang meliputi persepsi tentang manfaat tindakan, persepsi tentang hambatan tindakan, persepsi tentang kemampuan diri, aktivitas yang berhubungan dengan sikap, pengaruh interpersonal dan pengaruh situasional. Pengaruh interpersonal meliputi norma, dukungan sosial dan role model. Pengaruh interpersonal terutama berasal dari keluarga,kelompokdan tenaga kesehatan.

Hasil pengkajian area ini menunjukkan bahwa

c. Pengkajian mengenai hasil perilaku yang meliputi komitmen terhadap rencana tindakan, tuntutan yang mendesak dan adanya pilihan-pilihan yang lebih baik serta perilaku promosi kesehatan.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Masalah karakteristik dan pengalaman individual

1) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai tanda-tanda persalinan

2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan pada akhir kehamilan

3) Intolerans aktivitas berhubungan dengan meningkatnya berat badan dan perubahan pusat gravitasi

4) Nyeri berhubungan dengan kontraksi braxton hicks

b. Masalah perilaku spesifik, pengetahuan dan sikap individu

1) Penerimaan progresif terhadap kehadiran janin

2) Memulai fantasi tentang personality janin

3) Mengembangkan hubungan kerja yang langsung kepada dukungan saling menguntungkan selama kehamilan dan parenting

4) Mengenali saling ketergantungan antar anggota keluarga

c. Masalah hasil perilaku

1) Memulai persiapan lingkungan bagi bayi baru lahir

2) Persiapan progresif terhadap persalinan

3) Membuat rencana persalinan untuk mengkomunikasikan keinginan personal terhadap pengalaman melahirkan

3. Intervensi

a. Karakteristik dan pengalaman individual

1) Koping individu tidak efektif dapat diatasi dengan mendiskusikan tanda-tanda persalinan pasti/palsu (true labor dan false labor) yang meliputi frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi, pecahnya ketuban dan bloody show.

2) Gangguan pola tidur dapat diatasi dengan meyakinkan pada ibu bahwa gangguan tidur normal terjadi pada akhir kehamilan, mendiskusikan dan mendemontrasikan teknik relaksasi, effleurage, penggunaan bantal sebagai penyokong, mengajarkan mengenai posisi yang nyaman saat tidur, menganjurkan untuk mandi air hangat dan minum susu sebelum tidur serta mengeksplorasi suasana yang nyaman untuk memulai tidur (seperti kasur yang empuk, lampu dimatikan dan suasana hening).

3) Intolerans aktivitas dapat diatasi dengan mengajarkan postur tubuh yang baik, tidur dengan menggunakan banyak bantal, mengajarkan teknik bernapas, menganjurkan ibu untuk sering istirahat ketika melakukan aktivitas serta penggunaan alat bantu ketika beraktivitas.

4) Nyeri yang berhubungan dengan kontraksi braxton hicks dapat diatasi dengan mengkaji frekuensi, kekuatan dan keteraturan kontraksi untuk mengetahui apakah merupakan tanda persalinan pasti/palsu, meyakinkan ibu bahwa braxton hikcs merupakan kondisi yang normal saat kehamilan, menganjurkan ibu untuk berjalan/beraktivitas ketika braxton hicks, mengajarkan teknik pernapasan dan relaksasi serta menganjurkan ibu untuk miring ke kiri pada saat istirahat/tidur.

b. Perilaku spesifik, pengetahuan dan sikap individu

1) Penerimaan progresif terhadap kehadiran janin dapat ditingkatkan dengan menunjukkan bagian-bagian janin saat pemeriksaan abdomen, mengusahakan agar ibu dapat mendengar denyut jantung janin, reinforce hasil observasi ibu terhadap janin serta memberikan informasi mengenai karakteristik janin sesuai dengan umur kehamilan.

2) Memulai fantasi tentang personality janin dapat diintervensi dengan mengeksplorasi fantasi ibu dan meyakinkan bahwa berfantasi mengenai janin merupakan sesuatu yang normal.

3) Mengembangkan hubungan kerja yang langsung kepada dukungan saling menguntungkan selama kehamilan dan parenting dapat ditingkatkan dengan menganjurkan ibu untuk membagi perasaannya dengan suami, memberikan informasi mengenai kelas prenatal, memberikan reinforcement saat ibu sudah melakukan teknik pernapasan dan relaksasi yang benar serta memberikan informasi mengenai parenting.

4) Mengenali saling ketergantungan antar anggota keluarga dapat ditingkatkan dengan memberikan reinforcemet saat anggota keluarga saling berbagi perasaan dan mengembangkan cara supaya pasangan terlibat dalam kehamilan, persalinan dan bayi.

c. Hasil perilaku

1) Memulai persiapan lingkungan bagi bayi baru lahir dapat ditingkatkan melalui pemberian informasi tentang jenis-jenis perlengkapan yang penting bagi bayi, bagaimana cara merawat bayi dan memberikan reinforcement terhadap persiapan yang telah dilakukan.

2) Persiapan progresif terhadap persalinan dapat ditingkatkan melalui pemberian informasi mengenai metode persalinan, mengajarkan teknik pernapasan dan relaksasi serta meminta ibu untuk mendemontrasikan dan mengoreksi teknik yang kurang benar.

3) Membuat rencana persalinan untuk mengkomunikasikan keinginan personal terhadap pengalaman melahirkan dapat ditingkatkan dengan mengekplorasi alternatif yang realistis terhadap pengalaman persalinan, memberikan reinforcment terhadap pembuatan keputusan dan mengkomunikasikan keinginan ibu kepada petugas kesehatan dimana ibu akan melahirkan.

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M.R. & Tomey, A. M. (2006). Nursing Theorists and Their Work. 6th ed. Missouri : Mosby

Stolte, K.M. (1996). Wellness nursing diagnosis for health promotion. Philadelphia: Lippincott

Wong, D.L., & Perry, S.E. (1998). Maternal child nursing care. Missouri : Mosby

Template Design | Elque 2007